Anisa AE Berbagi Kisah




Anisa AE - Lihatlah saya, masih seperti ini, dan akan terus seperti ini. Well, bahkan tak akan ada yang menyadari bagaimana saya, sampai kejujuran ini saya tulis.

Apa yang kalian lihat tentang saya? Penulis? Blogger? Editor? Owner Penerbit? Reporter? Tukang ojek? Online shop?

Semuanya benar. Itulah saya. Seorang ibu rumah tangga yang selalu berusaha menjadi serba bisa untuk keluarga. Karena saya pernah merasakan bagaimana makan hanya dengan kerupuk, kecap, ataupun garam. Bahkan berkali-kali putus sekolah karena tak ada biaya. 

Bahkan tak ada yang percaya ketika saya katakan hanya lulusan SMP. Itu pun karena mereka melihat bagaimana sepak terjang saya di dunia maya. Seorang lulusan SMP yang punya segudang pekerjaan. Mungkin jika lulusan SMA, saya hanya akan punya satu pekerjaan karena gengsi dengan ijazah. Apalagi jika bergelar sarjanah.



Tapi memang inilah saya.

Seorang lulusan SMP yang bekerja di pabrik rokok selama 4 tahun, namun tetap suka menulis. Belajar sendiri tentang apa itu menulis, bagaimana caranya, dan apa saja yang bisa mendukung kehidupan. Saya putus urat malu dalam mencari pekerjaan, selama itu halal. Menggeluti online shop dan menjalankan semua pekerjaan secara bersamaan. Bosan pasti datang, namun keluarga selalu bisa menguatkan.

Well, semua ini bukan sim salabim. Proses panjang dengan segala keterbatasan membuat banyak aktivitas terganggu, pun tak bisa maju. Apalagi ketika harus keluar Kepanjen untuk menghadiri acara bulanan komunitas, tak ada motor, sementara saya selalu mabuk jika naik bus atau angkot. Belum lagi ke mana-mana bawa Asma yang masih kecil dan pastinya biaya dobel plus plus.


Perjuangan gak hanya itu.

Cibiran demi cibiran terus terlontar. Sempat membuat saya down dan menyerah untuk hidup. Tapi saya percaya satu hal, hidup ini milik Allah. Asalkan saya melakukan dengan bahagia dan mau terus belajar, maka tak akan yang sia-sia. Bahkan saya rela tutup gali lobang hanya untuk bertahan hidup. Mengubur sebentar mimpi untuk membawa Ibu ke tanah suci.

Mengedit naskah menggunakan hape nokia yang saat ini keypadnya lepas semua. Merelakan kulit ibu jari menebal karena terlalu banyak mengetik. Bayangkan, satu buku (25 cerpen) harus diedit menggunakan hape. Saat semuanya sudah selesai, baru ke warnet untuk memindahkan semua file dari inbox facebook ke word. Itu pun mencari waktu luang ketika Asma sudah tidur pulas.

Sakit hati ketika mau mengambil kredit motor, tapi diragukan bisa membayar angsurannya oleh bagian survey karena di rumah tidak ada apa-apa, televisi pun tidak ada. Sampai akhirnya ditemani pinky selama 2 tahun untuk mengobati kesedihan. Belum lagi selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang merasa dirinya 'kaya'. Mereka seolah tak peduli dengan hati yang selalu tersakiti. (Baca selengkapnya)


Subscribe to receive free email updates: