Wisata Kuliner ke Warung Khas Batu



Anisa AE - Ke Batu, tak lengkap rasanya jika tak menikmati kuliner khas kota ini. Apalagi hawanya yang dingin selalu bikin laper dan baper. Pinginnya makan yang hangat-hangat, dilanjutkan tidur. Udah kenyang, bawaanya ngantuk. Jujukan yang tepat adalah Warung Khas Batu.

Kenapa tempat ini? Hihihi, karena menunya itu khas Batu banget. Namanya juga Warung Khas Batu.

Kemarin saat sore hari, saya sempatin mampir ke warung ini. Lumayan ketar-ketir sih, soalnya tempatnya kelihatan mewah. Takutnya kantong saya jebol, tapi rasa penasaran mengalahkan segalanya. Maklumlah, orang yang suka jalan-jajan macam saya ini pinginnya cobain sesuatu yang khas. Hahaha.

Suasana Warung Khas Batu

Sesampainya di Warung Khas Batu, kami memilih tempat duduk dulu. Btw, di dalam ruangan itu suasanya redup-redup gimana gitu. Warnanya kuning kecokelatan. Katanya sih warna-warna seperti ini bisa meningkatkan nafsu makan. Memang benar, baru datang saja saya sudah lapar karena mencium bau  daging yang dibakar alias sate.

Karena Asma tidak bisa diam dan Ilmi perlu tidur, maka saya memilih tempat di gazebo, bukan di dalam ruangan. Di gazebo ini suasanya adem banget, soalnya angin jalan mulu. Tapi kami suka, bisa melihat jalan raya sekaligus yang hijau-hijau di depan mata. Asma suka sekali duduk di sini, saya pun bisa meletakkan Ilmi di lesehannya. Kalau di dalam ruangan kan otomatis gak bisa nidurin Ilmi.

Gazebo Warung Khas Batu

Di Warung Khas Batu, ternyata ada menu baru, pizza dan pecel rawon. Terang saja saya pesan itu, plus menu andalan di sana, sate kelinci yang dari tadi sudah menggoda hidung saya.

Pesanan pertama yang saya pesan adalah pecel rawon. Sumpah, berasa mau pingsan pas liat menunya yang luar biasa jumbo. Padahal tuh biasanya hanya setengah dari porsi tersebut. Suami saya, pecinta pecel pun sampai tidak bisa menghabiskan makanannya. Padahal kami pesan tiga piring pecel. Dapat dibayangkan berapa banyaknya.

Nah, si pecel ini berisi sayuran, kacang, kubis, rempeyek, tempe, sambal goreng, serundeng, mie, dan kerupuk. Tak lupa juga semangkok rawon di tempat terpisah. Untuk bumbu pecelnya tuh menutupi hampir semua permukaan atas. Sangat banyak dan terasa bumbunya. Rasanya di lidah jangan ditanya, perpaduan antara pecel dan rawon. Buat yang penasaran, silakan beli sendiri. Murah kok, hanya 8K, dijamin kenyang.

Menu kedua yang datang adalah seporsi pizza. Ini juga menu baru yang dibandrol dengan harga 39K. Rotinya lumayan tebal dengan toping sosis, paprika, keju, dan daging giling. Karena terlalu kenyang, kami hanya makan sepotong untuk berdua (saya dan suami), karena Asma tidak suka. Katanya sih pedas. Pizzanya pun kami bungkus bawa pulang. Bisa dibuat camilan malam hari, menemani secangkir kopi. Untungnya para pegawai di Warung Khas Batu baik dan murah senyum, jadinya gak malu buat minta bungkus.

Karyawan Warung Khas Batu


Menu ketiga dan unggulan di Warung Khas Batu adalah sate kelinci. OMG ... Rasanya perut tidak muat karena makan pecel tadi. Padahal tuh saya makan pecel cuma sayurnya saja. Berhubung penasaran, kami pun mengincipi sate kelinci. Menu wajib yang dipesan jika pergi ke tempat ini. Tapi nasinya kami kembalikan lagi. Gak muat booo. Seporsi itu sudah sate kelinci dengan nasinya. (Baca selengkapnya)

Subscribe to receive free email updates: