Latest News

Potret Indonesiaku, Kapan Kita Akan Maju?


Berbagi dan menginspirasi

“Oleh piro?”

“Mek satus ewu. Dino iki pasare sepi!”


Begitulah serangkaian dialog dua orang pengemis yang secara tak sengaja saya dengar saat belanja di pasar. Mengeluhkan penghasilan seratus ribu dalam waktu satu hari, sementara belum tentu seorang pekerja keras mendapatkan uang sebesar itu setiap harinya. Ketika mendengar itu, timbul rasa marah dan kesal kepada segelintir orang berpakaian compang-camping dengan membawa kaleng atau plastik bekas.

Hal serupa pernah saya dengar juga di salah satu acara berita di televisi. Tepatnya di Jakarta ketika pemerintah menggerakkan penertiban pengemis yang semakin menjamur di ibu kota. Pemerintah telah memberi solusi kepada para pengemis dengan memberi pekerjaan mereka sebagai tukang sapu jalan. 

Namun, apa yang terjadi? Secara terang-terangan niat baik pemerintah ditolak dengan alasan penghasilan 


yang ditawarkan kurang. Mereka meminta gaji minimal sepuluh juta rupiah. Sepuluh juta per bulan! Angka yang sangat fantastis bagi seorang karyawan biasa, bahkan pegawai negeri sipil pun belum tentu mendapatkan gaji sebesar itu.(Baca selengkapnya)