Bukan Salah Kerudungnya




Anisa AE - Malam ini FB Komunitas Peduli Malang ASLI Malang ramai tentang satu postingan. Bukan, bukan karena AREMA yang bermain di Sleman, tapi karena sebuah foto yang diunggah oleh Mas Agung T. Wahyudi. (Saya pilih foto yang paling tidak jelas karena ada banyak foto yang jelas menunjukkan wajah mereka)

Bisa dilihat foto apa itu. Ini adalah hasil screnshot yang saya dapatkan dari grup tersebut. Miris memang. Di sore hari yang masih sangat terang, terlihat dua orang yang sedang berciuman di taman balaikota. Taman yang letaknya tepat di depan Balaikota Malang. Jika dari Stasiun Kota Baru Malang sudah terlihat tugu yang menjadi kebanggaan Kota Malang tersebut.

Semakin trenyuh ketika melihat komentar-komentar di bawahnya. Tak bisakah sedikit empati dengan hanya menyalahkan sifatnya? Bukan kerudung yang menjadi masalahnya. Apalagi sampai komentar yang tak pantas memakai kerudung dan suruh telanjang saja. Astagfirullah. Apakah para komentator ini merasa lebih alim dan merasa lebih baik dari para pelaku? Sampai-sampai menyuruh sang wanita telajang saja daripada berciuman di sana?







Dengan diunggahnya foto ini di sosmed, itu sudah membuat mental mereka down. Bahkan bisa jadi mempermalukan seumur hidup. Lantas, masihkah kita tambah dengan hinaan? Masihkah kita tambah dengan perkataan yang menjatuhkan mereka dengan kasar?

Kelakuan mereka yang sangat jauh dari kaidah Islam, jangan disangkutpautkan dengan kerudung. Jelas kerudung dan sifat manusia itu berbeda. Memakai kerudung adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap wanita seperti yang tertera di dalam Al-Quran, sedangkan sifat adalah bawaan dari masing-masing manusia.






Jika ada seorang kyai yang mencabuli muridnya, apakah kita lantas menyalahkan agamanya? Menyalahkan Islam? Seperti itu pula pada kasus ini. Kita tak bisa menyalahkan kerudungnya, karena yang salah adalah perbuatannya. Tak ada hubungannya dengan kerudung yang termasuk dalam kategori wajib dipakai. Apa lantas jika yang berciuman seorang wanita tanpa berkerudung di tempat umum, kita biasa saja, menganggap semuanya wajar?  (Baca selengkapnya)




Subscribe to receive free email updates: